Buku ini mencakup lima tulisan, yaitu Ussul, “Agamanya” Orang Mandar, Mencari Hari Kebudayaan Polewali Mandar, Apa Arti dan Kapan Muncul Saeyyang Pattuqduq, Dari Sokkoq Biring Hingga Jas Tutuq, serta Petik Dawai di Mandar, Sayang-sayang dan Kacaping. Setiap tulisan, yang kemudian menjadi judul buku ini, berkaitan dengan praktik simbolisasi di Mandar yang dikenal sebagai “ussul”. Praktik ini merupakan bentuk pengharapan melalui penggunaan simbol benda dan tindakan. Penerapan “ussul” hampir ditemukan dalam semua aspek kehidupan masyarakat Mandar, khususnya dalam siklus hidup mereka. “Ussul” dapat diibaratkan sebagai anak kunci utama; ketika seseorang memiliki kunci tersebut, semua pintu di rumah dapat terbuka. Demikian pula, dengan memahami “ussul”, kita akan lebih mudah membaca dan memahami tradisi di Mandar. Mengapa tanggal 8 Maret dipilih sebagai Hari Kebudayaan untuk Kabupaten Polewali Mandar? Untuk apa naik “saeyyang pattuqduq” usai khatam Al Quran? Mengapa perayaan Maulid Nabi di Mandar lebih meriah dibandingkan dengan Idul Fitri? Mengapa laki-laki Mandar merasa gagah saat mengenakan “sokkoq biring” dan “jas tutuq”? Lalu mengapa hajatan di Mandar sering diiringi dengan pertunjukan musik? Membaca buku ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pengantar dan daftar isi bisa dibaca di sini.
Kategori: Pustaka Mandar
Dimensi: 15 x 21 cm
Pengantar: Muhammad Ridwan Alimuddin
ISBN: 978-623-89846-0-2
Cetakan: I
Edisi: Bahasa Indonesia
Tahun Terbit: 2025
Penerbit: Teluk Mandar Kreatif
Jenis Kertas: Book paper
Jilid Buku: Soft cover
Keterangan Isi: Hitam putih
Ketebalan Buku: viii + 170
Penulis: Muhammad Ridwan Alimuddin
Harga Buku: Rp 90.000
Pengantar dan daftar isi buku bisa dibaca di sini.
