KRONIK SUTERA MANDAR

Menenun adalah salah satu dari dua jenis kerajinan yang memiliki arti simbolis penting bagi orang- orang Austronesia, yang lain adalah pengolahan logam. Dahulu, sebelum memulai menenun, penenun harus melakukan ritual tertentu, seperti berpuasa, mematuhi hal-hal yang bersifat tabu, dan membuat sesajen untuk para leluhur atau dewa. Penenun Mandar menjual tekstil mereka yang lebih murah tersebut ke seluruh Nusantara, sehingga hasil tenunannya yang berkotak-kotak menjadi semakin terkenal dan menyediakan alternatif bagi penduduk yang tidak mampu membeli tekstil impor. Hal tersebut dikemukakan oleh Anthony Reid dalam karyanya Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680. Mandar memiliki peran signifikan dalam membentuk wastra Nusantara. Sejarawan Heather Sutherland dalam buku Seaways and Gatekeepers: Trade and State in the Eastern Archipelagos of Southeast Asia 1600 – 1906 menyebut pelaut Mandar yang selalu membawa komoditas produksi tekstil mereka ke berbagai tempat di Nusantara.

Buku ini adalah kumpulan tulisan saya tentang wastra Mandar: sebagian besar tentang sutera (“saqbe”), sebagian kecil tentang tenunan serat daun lanu (“karoroq”). Tulisan ini saya buat berbasis riset lapangan dan pustaka.

Pengantar dan daftar isi bisa dibaca di sini.

Kategori: Pustaka Mandar
Dimensi: 15 x 21 cm
Pengantar: Muhammad Ridwan Alimuddin
ISBN: 978-602-60763-9-7
Cetakan: I
Edisi: Bahasa Indonesia
Tahun Terbit: 2025
Penerbit: Teluk Mandar Kreatif
Jenis Kertas: Book paper
Jilid Buku: Soft cover
Keterangan Isi: Hitam putih
Ketebalan Buku: xvi + 170
Penulis: Muhammad Ridwan Alimuddin

Harga Buku: Rp 100.000

Pengantar dan daftar isi buku bisa dibaca di sini.

Tinggalkan komentar